Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :
A. Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah
Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada suami istri sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumahtangga.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya :
B. Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)
“Kemudian
jika kamu selisih faham / pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah)”.

Tanpa ‘al-mawaddah’
dan ‘al-Rahmah’, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan
aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat
diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat
melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan
hanya akan menjadi angan-angan saja.
C. Mengetahui Peraturan Berumahtangga
Setiap
keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya
yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah
melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami walaupun si istri
merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang
lain. Anak pula wajib taat kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya
tidak bertentangan dengan larangan Allah.
Lain
pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan
mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi
peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah
keluarga sakinah dapat dibentuk.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’: 34 yang
artinya :
“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki)
Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh,
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar”.
Perkawinan
bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua pasangan tetapi ia
juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak, terutamanya
hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan yang ingin
membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam
urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat restu
kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya
terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu mengasihi ibu
bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan dalam
berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban
anak kepada ibu bapaknya dalam Surah al-Ankabut : 8 yang artinya :
“Dan
kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibu- bapanya. dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
khabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”
E. Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Antara tujuan ikatan perkawinan ialah
untuk menyambung hubungan keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar
kedua belah pihak dan kerabat-kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti
perceraian timbul disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.